Tutorial Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

KARYAGURU CENTER

uji reliabilitas instrumen penelitianPada tutorial sebelumnya mengenai uji validitas didapat butir instrumen penelitian yang valid pada variabel X1, X2 dan X3. Selanjutnya data uji coba penelitian yang sudah valid tersebut dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha  berikut ini:

rumus alpha cronbach

Keterangan:

r11  = Koefisien reliabilitas instrumen
k    = Jumlah butir pertanyaan
∑Si2= Jumlah varian butir
St2    = Jumlah varian total

Kriteria koefisien reliabilitas menurut Guilford (Ruseffendi, 2005:160) adalah sebagai berikut :

Lihat pos aslinya 253 kata lagi

Di Mata Sang Sufi

Al Kisah, seorang ulama sufi mendapati seorang pencuri wafat dalam keadaan mencuri di suatu rumah. Dengan penuh penghargaan sang sufi tersebut membacakan surah al-fatiha yang dihadiahkannya terhadap si mayit lalu berkata “sungguhlah mulia pencuri ini, pencuri ini telah melakukan tugasnya dengan baik, sangat berani sampai rela mengorbankan nyawanya”.

Sang sufi juga kemudian melihat bagaimana sang pencuri tadi begitu hati-hati dalam melakukan tugasnya. Hingga dari sana dia gambil pelajaran bahwa, orang yang paling teliti dalam kehidupan ini adalah seorang pencuri. Kok bisa? Jawabanya, karena jauh-jauh hari, sang pencuri telah mengintai sang korban. Dan dengan timing yang baik sang pencuri melakukan aksinya. Dengan sangat jeli sang pencuri memasuki rumah korban pukul duabelaas saat sang pemilik rumah tidur dan harus keluar secepat mungkin. Deadline tidak boleh lewat dari jam tiga. Sangat teliti dan sang sufi tidak melihat ketelitian itu ada pada dirinya. Sang sufi bertanya pada dirinya, Seteliti itukah saya dalam menghabiskan waktuku demi Sang pemilik waktu?

Dan juga terhadap satu orang pelacur yang kerjanya melayani berbagai tamu yang datang. Baca lebih lanjut

Innocent of Muslim

Saya dahulu tidak mau tahu apa itu cinta. Tidak pernah saya tertarik dalam hal mendefenisikan cinta itu seperti apa. Atau sekedar bertanaya apakah ada cinta dalam kehidupan saya. Hingga kemudian ketika beranjak dewasa, saya bisa mengerti sedikit. Tapi itu hanya dalam tataran pacaran seorang muda mudi. Yang mana sang lelaki ketika ingin mengawali hubungan dengan seorang wanita, mengungkapkan perasaannya dalam bentuk kalimat, saya mencintai-mu.

Semakin bertambahnya pengalaman dan dengan banyak faktor maka semakin banyak pantulan cinta yang saya bisa simpulkan. Meski, mungkin juga saya salah tentang cinta. Saya sendiri merasa mengerti tapi sulit mendefenisikannya. Bagi saya kata ini semakin rumit tetapi sangat gampang untuk dirasakan. Ketika, misalnya seorang ibu memarahi anaknya karena sebuah kesalahan itu adalah cinta, bagi saya. Anak yang membantu seorang kakek tua menyebrangi jalanan, itu adalah cinta, bagi saya. Seorang yang tidak saling kenal, kemudian dengan ikhlas membantu kenalan tersebut tanpa pamrih itu juga adalah cinta, bagi saya. Bahkan pertengkaran dan benci sendiri saya artikan cinta, dan lain sebagainya. Dan saya tidak pernah menyalahkan tentang defenisi orang tentang cinta itu sendiri. Saya anggap itu sendiri adalah cinta, bagi saya.

Orang hidup karena cinta. Bahkan orang rela untuk saling bunuh membunuh dengan alsan cinta. Betapa besar kekuatan cinta itu. Seorang yang kamu cintai dengan sepenuh hati akan menjadi sebuah penggerak kekuatan dalam dirimu untuk memberikan yang terbaik untuknya. Dan juga akan membentengi dia yang kamu cintai dengan sekuat tenaga ketika ada orang lain yang menghina dan merendahkan orang yang kamu cintai itu.

Yah, dan hal ini yang saya lihat dalam beberapa hari belakangan ini. Orang yang saya cintai dan umat Islam cintai semuanya, Nabi Muhammad saw telah dihina dan dimaki oleh oknum tidak bertanggung jawab lewat sebuah film yang berjudul Innocent of Muslim. Baca lebih lanjut

Cerita dari Mandar

Mandar itu bukan nama bapak saya, bukan juga nama marga keturunan. Dan tidak berhubungan sama sekali dengan Mandarin. Tapi Mandar adalah nama sebuah suku di provinsi yang bisa dikatakan baru, Sulawesi Barat. Mandar sendiri seperti dalam  banyak artikel yang kita temui terdapat beberapa pengertian, ada yang menganggap mandar berasal dari “sipamandar” yang berarti saling menguatkan. Ada juga menganggapnya bahasa Arab yang telah di ekploitasi. Berasal dari kata nadara-yanduru-nadran. Dan yang paling populer dalam makalah dari H. Mochtar Husein (1984) mandar dalam artian sungai menurut bahasa balanipa. Namun, apapun makna kebahasaan dan kesejarahannya, Mandar sekarang terkenal sebagai salah satu Suku. Suku yang dulunya termasuk 4 suku terbesar selain Bugis,Makasar, dan Toraja di Sulawesi Selatan.

Baru-baru ini, Lima puluh hari lamanya saya baru bisa mengatakan menikmati suasana puasa di kampung Mandar. Banyak pelajaran yang saya dapatkan. Hingga Saya bisa menyimpulkan betapa unik, kaya dan luar biasanya kita sebagai manusia dan bangsa Indonesia secara khusus. Di tengah ribuan suku Indonesia dan jutaan suku dunia pastilah masing-masing mempunyai nilai budaya dan petuah kehidupan. Termasuk orang Mandar sendiri.

Puasa di tanah Mandar mempertemukan saya kembali dengan orang yang saya cintai, Ibu Saya, Puang Hudu. Kali ini juga saya bisa berkeliling kampung Mandar walau itu cuman seputaran Campalagian, Labuang, Pambusuang, Tinambung, Majene dan Mamuju saja. Tidak sampai ke mamuju bagian bawah dan ke Mamasa. Sempat makan jepa dan ikan tuing-tuing. Bau peapi Mandar serta berbagai macam kue menu buka buasa lainnya. Tapi setidaknya mencipta seribu cerita tentang kampung mandar. Baca lebih lanjut